aku hanya ingin kembali pulang.

See this Instagram photo by @jaredlank • 1,271 likes

Aku kembali pulang ke rumah, setelah sekian lama kaki ini berjalan dan menapak jalan yang berbatu dan juga tergenang air. Boleh air bersih, ataupun air kotor. 

Aku, kembali pulang ke rumah, setelah melewati perjalanan yang dipenuhi oleh angin ribut maupun kesunyian yang ada. 

   Lelah rasanya untuk selalu memikirkan kehidupan yang belum berakhir ini. Bukan maksud hati untuk mengakhiri apa yang ada, tapi.. ada juga saatnya bagiku untuk merasa lelah dan jenuh dalam menjalankannya. Tugas-tugas yang ada, kisah-kisah yang ada, atau pun problematika yang ada, seakan-akan terus memaksaku untuk pada akhirnya untuk kembali pulang ke rumahku. Rumah yang belum terlalu kokoh, namun tahan ketika guncangan itu ada. 

   Banyak yang membisikkan ke telingaku agar aku tetap tunduk pada ajaran-Nya. Namun, seiring aku mencoba untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, tetap saja aku tergiur dengan nikmat yang diberikan-Nya juga. Sejujurnya, aku hanya lelah untuk menahan segala rasa yang ku punya, segala kegundahan yang tak kunjung berakhir. Tapi, siapa aku? Siapa aku untuk bisa bersikap bijak untuk menghadapinya? Aku bukanlah seorang malaikat baik yang ditakdirkan untuk beritikad baik dan juga melakukan hal baik. Aku ini manusia. Manusia yang sengaja dibuat dan dilahirkan untuk membuat dosa dan kembali bersimpuh kepada-Nya agar aku kembali menjadi seseorang yang baik pula. 

   Tidak banyak yang ku lakukan untuk menghargai hidup ini. Banyak lika-likunya. Banyak kebenaran-kebenaran yang sengaja ku munafikkan agar aku dapat menikmati betapa indahnya hidup ini. Aku menggambarkan diriku seperti sebuah bunga yang mekar dengan indahnya diantara rumput-rumput liar. Indah, namun terlihat kotor dan lusuh. Indah, namun sangat sulit untuk diraih, atau bahkan segan untuk disentuh. Namun ketika tersentuh, aku bisa saja seperti putri malu yang langsung menutup dan enggan untuk terbuka kembali, kecuali ketika matahari dan keramaian sudah pergi. Aku benci untuk mengakui jika aku sesulit itu, tapi... itu lah aku. 

   Aku pun tidak sesulit itu, rupanya. Aku bisa saja sengaja untuk disentuh, dan ketika sudah tersentuh, aku menjadi tunduk tak berdaya. Segalanya tergantung dari arah cuaca yang mendatangiku. Hidupku memang bergantung dari cuaca yang bergantian setiap harinya. Boleh jadi aku bisa hidup dalam gumpalan petir yang menyambar, atau beningnya air yang membasuh tubuhku. Aku tak mengerti apapun itu, aku hanya menjalani kehidupanku persis dengan cuaca yang membimbingku. Apakah aku sanggup bertahan? Apakah aku akan mati kesulitan? Atau... akankah aku pada akhirnya bahagia pada kenikmatan? 

   Sungguh, aku tidak tahu. 

   Meskipun banyak kisah yang telah mengampiri bahkan menampar pipi dan pikiranku, aku tetap lah ingin menjadi diriku. Aku tetap lah ingin kembali pulang dengan rasa nyaman dan aman. Aku ingin juga merubah cuaca aneh yang selalu saja menghampiri dan merecokki diriku. Aku, pun ingin pulang ke rumah dengan seseorang yang mampu menuntunku. Seseorang yang bukan hanya menggerogoti indahnya pesona tubuhku, atau bibirku, tapi juga yang mengapresiasi kehancuran yang indah pada diriku. Aku bukan siapa-siapa. Aku bukanlah seorang nabi atau putusan Tuhan yang selalu tegar dalam menghadapi segala bentuk petaka yang hadir dan berteman dengan diriku. Aku hanyalah jiwa-jiwa rapuh yang sesekali butuh untuk didengar, dan juga dicintai sebagaimana Sang Pangeran mencintai permaisurinya. Aku tidak butuh suapan-suapan kosong yang semu, aku hanya butuh suatu kepastian yang akan menjeratku pada sebuah kesetiaan. Dan ya, aku membutuhkan seseorang yang mempu membuatku merasa seperti demikian. 

   Dan pada akhirnya... aku pun kembali pulang dengan arah dan tujuan yang berbeda. Aku percayakan diriku pada takdir indah yang sengaja dibuat oleh-Nya hanya semata-mata untuk mengisi gelas kosong kebahagiaanku. Dan kuharap, segalanya kembali bertunduk dan tertuju kepadamu wahai pelengkap tulang rusuk ku. 


FFF
(Sept, 14 2017) 

Posting Komentar

0 Komentar