to blame "un-blame-able" people we know.






“Far, lihat mata aku, deh. Ada yang salah?” Ucap salah satu teman gue.

“Oh, mascaranya agak berantakan. Mungkin agak masuk ke mata, kali, ya?!” Jawab gue sembari melihat kira-kira ada apa di mata si teman.


“Loh? Aku kan pake mascaranya biasa aja tadi. Mana mungkin masuk-masuk ke mata segala?” Ucap si beliau kesal.


Dan.. lo nanya gue ada apa di mata lo? Lo pikir sendiri!

Kira-kira nih, kalau posisi lo ada disituasi diatas, apa yang akan lo lakukan? Apa lo akan menjelaskan jika kotoran yang lo liat itu memang bercak mascara? Apa lo akan teriak kalau matanya memang kotor tanpa alasan? Atau, apa lo akan guling-gulingan di tanah sembari bilang “cukup sudah, cukup. Dengar apa kata aku?”

Sebetulnya kesal gak sih, kalau punya teman, tapi sikapnya annoying abis? Maksudnya annoying disini adalah, gak pernah mau salah. Serius. Sekali pun. Ketika si teman tanya dan semampunya kita jawab, tapi jawaban dia harus lebih memuaskan dan pas menurut dia sendiri? Ketika si teman itu minta advice, tapi giliran kita punya good advice, dia malah ngotot dengan advice nya sendiri? Ketika si teman itu tanya kita tentang apa saja dan semampunya kita jawab, semuanya itu harus benar? Sumpah, gue paling enek ketemu sama orang macam ini. Sejenis dia yang paling benar di dunia, dan gak ada yang bisa tandingi kehebatannya itu. Padahal, nobody’s perfect, lho.





“Dia ngejauh. Tapi aku gak tau kenapa.. Kira-kira salah aku apa, Far?”

“Coba kamu pikir dulu apa-apa saja yang sudah kamu ucapkan? Karena tanpa aku kasih tau, semestinya kamu tau kenapa dia menjauh.”

“Tapi kan aku biasa aja sama dia. Aku gak pernah nyinggung perasaan dia. Aku kan cuma bilang, kalau gaya rambutnya yang sekarang jelek. Masa iya sih dia langsung marah?”


NAH. SEE?

Sekali lagi, nih. Apa yang akan lo lakukan jika posisi lo ada disituasi kayak gitu?



Lagi-lagi, pasti lo ngerasa kesal, kan? Maksudnya gini, loh. Ngapain nanya sesuatu, yang akhirnya si teman itu tau jawabannya sendiri? Apa dengan cara yang seperti itu derajat dia lebih tinggi? Sorry, cara itu sama sekali gak ada di kamus dalam hidup gue. Setidaknya kan kalau dia sudah tau jawabannya, ngapain lagi tanya? Ngapain lagi buang-buang waktu untuk dengar penjelasan orang?

Kalau ditulis satu persatu kekesalan gue terhadap seseorang yang gak mau kalah, mungkin gak ada habisnya. Gue termasuk orang yang “Yowes lah, terserah dia. As long as I’m right and dong that right thing, I don’t care”, jadi ya paling gak terlalu ambil pusing banget. Tapi mungkin si teman itu punya teman lagi diluar sana yang mungkin, gak suka juga dengan sifat dia yang satu itu. Huh, kalau misalnya ada, kasian banget ya.

Intinya, gue kurang suka aja sama orang yang punya sifat kayak gitu. Kalau mau jujur, takutnya si teman malah nyangkal kalo sifat dia gak gitu (which, trust me, I’ve tried and for me, that’s enough). Kadang, gue ngeliat diri gue itu bodoh banget kalau di depan dia. Bukan karena bodoh gak punya otak, tapi karena bodoh selalu ngalah dan diinjak-injak. Kenapa gue mau ngalah? Karena gue gak mau cari ribut. Apalagi cari ribut sama orang-orang yang suka cari ribut. Pasti nanti gak habis-habis masalahnya. Jadi apapun itu.. biarkan lah. Biarkan saja gue mengalah. Tapi jangan karena gue suka mengalah, semuanya malah jadi ngelunjak ke gue nya juga..

Jadi paling tipsnya untuk menghadapi orang yang seperti itu—egonya tinggi—lebih baik kita senyum, dan tanya, “Kamu maunya dijawab gimana?” Karena kalau ditanya kayak gitu, pasti secara tidak langsung, itu nyinggung si teman juga. Atau, daripada diambil pusing, setuju aja sama jalan pikirnya. Tapi kalau mau pilih opsi kedua, ya tanggungannya adalah sabar. Tips ketiga adalah, mengalihkan pembicaraan. Misalnya, si teman sudah mulai nanya sesuatu dan lo sudah ada feeling kira-kira kemana pembicaraan ini akan mengalir. Contoh, “Far, kira-kira menurut kamu salah gak kalau...” Lo langsung potong aja, “Wah, tiba-tiba kok mendung ya?” Atau “Wah, bibirnya Kylie Jenner makin hari makin membesar ya?”


OH!

Atau, lo mau memberanikan diri untuk jujur, “Sorry, sebetulnya kamu nanya aku, karena kamu gak tahu, atau kamu itu tahu tapi hanya untuk menyangkal pendapat aku aja?” Nah, kalau dia berasa, pasti bakalan malu sendiri deh.

Jadi paling itu saja sih tips-tipsnya. Gak banyak, tapi coba lah salah satunya saja. Tapi dari semua, gue lebih suka opsi terakhir dimana kita harus jujur.


Good luck telling your friends!!

Posting Komentar

0 Komentar