Unlucky In Love (Versi SD)

Hi! 
Welcome back with me, Prof. dr. Farrah Bitch Fonna, S.H. Mcd. Delivery.

   Saat ini sepertinya waktu yang tepat bagi gue untuk mencurahkan seluruh rintihan hati, keluh kesal, atau bisa dibilang... ya gue ngelampiasin itu semua di blog kesayangan ini. Sebagai pembuka, alasan gue menulis judul "Unlucky In Love" karena.. ya karena gue memang bener-bener unlucky in love. Untuk menyatakan seberapa banyak buktinya, lebih baik lanjut kebawah, yuks!

boy, boy and girl, child, childhood, childhood sweetheart, children   Gue sudah berulang-ulang kali bilang, jika gue akil baligh terlalu cepat. Sejak kelas 4 SD, gue sudah punya cimon loh (baca: cinta monyet). Jadi waktu itu gue sempet naksir dengan temen sekelas gue yang namanya bisa disamarkan Zayn. Tapi bukan Zayn Malik, melainkan Zayn Nuddin. Awalnya sih biasa, ya. Waktu itu gue ulang tahun yang ke-9 dan dia datang untuk bawa hadiah, lengkap dengan pita yang gue inginkan. Hanya dia yang memberi gue hadiah, dibandingkan anak-anak yang lain. Dan sejak itu juga gue berpikir jika dia 'naksir' gue. Sejak itu juga gue mulai yang jaga penampilan, bahkan ketika gue pergi TPA, sempet-sempetnya gue mengoleskan sedikit blush on ke pipi supaya terlihat sumringah. Tapi yang ada malah seperti banci gak laku. Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya kita perpisahan di Cibodas. Disana, gue menari Doo Be Doo (lagunya Gita Gutawa). Gue melihatnya, dan dia juga melihat gue. Setelah selesai nari katanya gue keren dan lumayan (ya iyalah, secara gue kan memang penari wah wah. Nari biasa juga bisa jadi erotis). Dan setelah gue simpulkan, menurut gue waktu itu waktu yang tepat bagi gue untuk menceritakan yang sesungguhnya. 

   "Kamu tau gak?" Ucap gue pelan-pelan.
   "Enggak, kamu kan belum cerita apa-apa?" 
   
   Dengan hati yang deg-degan, ditempat sepi itu, gue mulai mencoba untuk menceritakan yang sesungguhnya (setelah 2 tahun terakhir ini gue rasa). Gue menatapnya seperti maling yang mau ngincer orang yang pengen di copet. Dia ketakutan, dan entah kenapa kami tertawa. Oh, how sweet...

   "Aku suka kamu." 
   "Sudah tau." Jawabnya.

   Gue, disana, langsung berdiri, diam, dan menahan nafas seperti gue lupa nafas. Gimana dia bilang "Sudah tau" jika gue belum menceritakan yang sesungguhnya? Apa salah satu teman gue pernah memberitahunya? Atau mungkin gerak-gerik gue selama ini terlihat? Ini memang aneh. Aneh banget.

   Dengan suara gemetar, gue bertanya lagi, "Sudah tau? Kok bisa?"
   "Don't know. Just is." Jawabnya.
   "Ya alasannya itu karena... karena waktu aku ulang tahun yang ke-9, kamu mau kasih hadiah yang dibungkus kertas kado warna biru. Dan lengkap dengan pita yang benar-benar aku impikan. I thought you were care, Zayn.."
   "Ya karena aku ngerasa kasihan sama kamu. Kamu selalu menunjukkan foto hadiah yang kamu impikan itu kesetiap orang dan aku tahu, gak akan ada yang mau kasih kamu hadiah itu. Aku hanya kasihan, Far..." Jawabnya. "Tapi jangan takut, aku selalu disini, kok."

   JLEB. Itu lah kata-kata yang gue keluarkan dalam hati ketika mengetahui dia hanya kasihan dengan gue. Memangnya gue pengemis yang harus dikasihani? Rasanya ketika dia bilang begitu, seluruh pohon-pohon yang ada disekitar tumbang semua. Menimpa gue. Gue berdarah kesakitan, tapi gak ada yang mau tolong gue. Gue langsung berdiri kaku. Menatap batu yang gak bersalah dengan kesal, dan... entahlah.

   "Oh.. thanks ya sudah memberikan gue kado itu, meskipun kasian." 
   "Okay," jawabnya sambil tersenyum.
   "Tapi gue hanya mau bilang kok, gak bermaksud lebih.."
   "Iya, it's okay." Jawabnya.

   Untuk mencairkan suasana, gue pura-pura gak sedih. Padahal air mata gue jelas dikit lagi mau jatuh. Rasanya dada gue ini bolong dan plong... begitu saja. Setelah 2 tahun ini gue tunggu-tunggu, dan hari yang gue tunggu akhirnya datang juga, ketika waktu itu gue rasa waktu yang tepat untuk memberitahu, malah semuanya hancur begitu saja. Hacur lebur. Tidak berbentuk. Abstrak. Semuanya sulit dilupakan untuk waktu itu.
   Akhirnya karena gue rasa itu semua gagal, gue balik ke dalam bis dengan langkah yang rapuh dan layu. Semua anak-anak tertawa ketika mereka bernyanyi atau cerita seru, sedangkan gue hanya memalingkan pandangan ke luar jendela sambil berkata, "Maybe he's not good for me."

art, beautiful, broken heart, couple, cute   Guys, itu salah satu cerita gue tentang "Unlucky In Love (versi SD)". Gue harap ini bisa menginspirasi kalian mengenai suatu hal yang kita anggap tepat, tapi bukan itu lah yang tepat untuk kita. Hal yang kita anggap akan berbuah baik, tapi malah berakhir tidak baik. Mungkin karena gue akil baligh terlalu cepat jadi gue bisa dewasa sebelum waktunya. Gue jadi tahu arti dari menunggu dan rasanya itu seperti apa sejak tahun terakhir sekolah dasar. Gue tahu ini terlalu cepat, tapi karena ini semua gue bisa mengambil hikmahnya.

CHEERS UP EVERYBODY!

Posting Komentar

0 Komentar