Ini sabtu malam, dan seperti biasa, gue mengunjungi blog sebelum akhirnya posting tentang cerita baru. Akhir-akhir ini yang berkesan banyak, gue lupa untuk menyebutnya satu per satu. Tapi yang paling menyedihkan itu, ketika suatu malam gue membeli nasi goreng, sehabis pulang dari TangCity bersama nyokap. Gue baru tau, cerita kehidupannya si anak penjual nasi goreng itu. Menyedihkan sekali..
Ini lah dia ceritanya :
Ketika malam jum'at kemarin, tanggal 10 Mei 2012, gue bersama keluarga pergi ke Mall TangCity untuk sekedar jalan-jalan dan melepas kepenatan dalam minggu ini. Disana, kita hanya jalan-jalan sampe kaki hilang. Sampe tiba adzan, kita shalat. Abis shalat, gue sama adik gue, beli J.CO sebentar, terus langsung pulang. Sebelum pulang ke rumah, gue mau ke rumah sodara dulu, mau ambil kelinci. Soalnya kelinci gue udah dijual satu, terus mati satu. Masih ada sisa satu, tapi kasian, gak ada temennya. Akhirnya bokap gue berbaik hati untuk mengambil kelinci dirumah sodara gue (letaknya di cengkareng) supaya kelinci gue yang satu itu ada temennya. Tapi bisa dipastikan gak bisa beranak, soalnya dua-duanya cewek.
Dan setelah itu.. karena maag gue kambuh, gue harus makan malam demi penyakit sialan ini. Padahal gue udah janji gak akan dinner lagi! Tapi apa boleh buat, gue harus makan malam pada jam segitu juga (10 pm-red). Berhentilah bokap gue di depan tukang nasi goreng depan gang. Karena itu langganan gue, gue bersikap biasa saja. Tiba-tiba nyokap turun dari mobil, dan samper gue. Dia pesen nasi goreng, satu. Sedangkan gue kwetiau pedes, satu. Meskipun perut lagi sangat sakit, gue tetep makan yang pedes-pedes.
"Nak, Papa kamu mana? Yang dulu masak nasi goreng juga?" Tanya Nyokap gue. Gue udah berfirasat, bahwa dia kan lebay. Mengintrograsi tukang nasi goreng itu.
"Papa udah gak ada, Bu.." Kata anak itu sedih.
"Loh, kemana? Pasti buka perusahaan lain?" tanya Nyokap yang makin sok tau.
"Bukan, Bu." Kata dia sambil masak. "Papa udah meninggal dunia.." Kata anak itu tiba-tiba sedih.
Hening
"Oh, sudah meninggal.. loh kok bisa? Itu Papa mu yang dulu suka buat nasi goreng juga, kan? Loh kok bisa, Nak? Kenapa emang?" tanya Nyokap yang sangat kepooo!
"Kena tumor otak, Bu. Saya juga ndak tau, kenapa bisa begitu.."
"Awal gejalanya, apa emang Nak?" Gue udah mulai esel, nyokap kepo banget. Sumpah!
"Dia suka pusing. Tapi karena kita orang kampung, Bu, kita biasa aja. Papa selalu beli obat di warung-warung kecil. Kayak panadol, paramex atau baygon.." kata anak itu.
BAYGON ?
"Baygon buat apa, Nak?"
"Buat usir nyamuk, Bu."
Gue ketawa. Ngakak Dalam hati.
"Oh. Iya itu sih saya juga tau, Nak. Terus ada gejala lain?" tanya nyokap lanjut. Ini mau introgasi atau apa, sih Mah?
"Pernah suatu ketika Papa kepalanya pusing banget. Saya melihatnya gak tahan, Bu. Akhirnya yang saya lakukan adalah simple. Saya batu dengan do'a.. siapa tau Allah bisa menyembuhkan. Eh.. setelan mendingan akhirnya Papa ke rumah sakit, minta di operasi. Jadi almarhum, sejak setelah di operasi.. Karena dari kecil saya memang sudah ikut Papa untuk berjualan, saya sudah paham betul resepnya. Jadi inilah saya, bantu ekonomi keluarga di kampung sana." katanya menjelaskan.
JLEEB!!Pilu, Ya Allah..
"Itu yang kecil siapa yang batu kamu?" tanya nyokap.
"Itu adik kedua saya, Bu. Lulus SD langsung dateng ke sini, mau bantu saya.." tambahnya.
"Ya ampun.. Tapi ngelanjutin, pendidikannya?"
"Engga mau Bu, katanya. Dia mau kerja jadi seperti saya. Sebagai penerus.."
"Ya ampun, Nak. Seharusnya apapun itu, kamu harus utamain pendidikan dulu. Baru deh bantu kakanya.." kata nyokap memberi nasihat untuk anak kecil itu. Ia hanya tersenyum, seolah gak ada masalah. Gue salut! Setelah itu pesanan kita jadi. Nyokap bayar, dan langsung caw ke mobil.
Akhirnya gue menyadari bahwa masih banyak (sekali) orang-orang diluar sana yang tidak seberuntung gue. Gue yang sudah difasilitasi saja kadang-kadang gak bersykur, malah minta lebih. Dan terkadang orang tua gue juga suka menuruti apa mau gue, jadinya susah. Mendengar cerita anak tadi, hati gue pilu. Bagaimana tidak, umur penjual nasi goreng itu 16 tahun, seumuran sama gue. Harus bekerja demi bantu keluarga dikampung. Sedangkan anak-anak yang berusia 16 tahun lainnya malah asik-asiknya nyupir kemana-mana, nongkrong atau pun kehidupannya lengkap. Kasian sekali.
Sebenernya niat untuk membantu itu ada, tapi susah untuk direalisasikan. Gue masih belum bisa handle diri gue, mana bisa, handle orang lain? Tapi sejujurnya gue pengen banget bantu dia, siapapun itu. Meskipun gue tak 'sekaya' mereka, tapi gue ingin sekali membantu sesama. Hal-hal yang seperti ini yang harusnya pemerintah renungkan.
Anak generasi penerus bangsa yang seperti penjual nasi goreng itu, banyak diluar sana. Harus bekerja demi menjadi tulang punggung keluarga. Tau sendiri, kan nasib pedagang itu gimana? Ketika perut orang sedang lapar, alhamdullillah, Ia laris. Tapi kalo berbalik semuanya, gimana? Gak bisa mikir sampe ke situ. Semuanya memang sudah ada yang mengatur, yaitu Allah.. gue dan yang lain hanya bisa ikhlas, tawakal, berusaha dan tetap mencoba yang terbaik, demi bangsa, negara, hati dan kehidupan gue.
Bersyukur kawan, dengan apa yang telah kita dapat, meskipun itu belum tentu yang kita suka..
CHEERS UP EVERYBODY!!!
0 Komentar