Mulai Lagi, Kan?

love, cute, boy, just friends, him, you, girl, boy best friend   

   Sebetulnya pengen banget curcol di blog sejak siang tadi, tapi ada saja halangannya. Pertama, gue harus beres-beres rumah dulu. Kedua, gue pergi ke salon untuk potong rambut. Ketiga, gak sengaja gue ketiduran dibawah lindungan selimut tebal dan suhu sekitar tujuh belas derajat celcius. Dan yang keempat, gue pergi jenguk temen gue yang sakit. Tapi akhirnya... gue bisa juga buka laptop, connect ke internet, terus langsung cuss blogging.
   Untuk yang pertama, mungkin gue seharusnya banyak-banyak mengucap syukur karena ada banyak do'a-do'a yang dulu pernah gue lontarkan menjadi kenyataan. Meskipun pertengahan bulan juni kemarin kena musibah, sih. Tapi gue gak pernah anggap musibah itu sebagai musibah yang besar, karena bagaimanapun berkat musibah kita bisa tahu sesabar apa dan sekuat apa kita ini. Lebih dari itu, gue rasa bulan-bulan juni-juli-agustus ini sangat-sangat memberikan kesan luar dalam yang sangat sulit untuk diungkapkan. Banyak moment-moment indah yang dulu memang gue impikan malah terjadi di akhir-akhir bulan ini. Banyak pelajaran dari setiap moment tersebut yang mesti gue ambil hikmahnya, contoh, jangan terlalu gampang percaya kalo jadi cewek.
   Awalnya itu bahagia karena punya pacar. Gimana gak seneng? Pas balik ke Jakarta, malah dapet pacar. Sempet bangga juga sih, punya pacar kayak dia. Sempet yang gak enak juga sama temen gue, karena mantan dia itu jadi pacar gue 'waktu itu'. Gimana gak kebelet pacaran jika setiap hari sikap dia selalu manis dan terlihat seperti menjanjikan. And finally with a simple way and I just thought, maybe I was really drunk when he said he love me and I said I love him back. Okay, I admit, I was like really really drunk. Setelah dijalani ternyata dia itu tidak seperti apa yang gue banyangkan, bahkan jauh dari apa yang gue harapkan. Gue gak harus membeberkan dia itu kayak gimana dan kenapa gue bisa sebenci ini dengannya, yang pasti dia hanyalah masa lalu yang sudah gue buang jauh-jauh ke bantargebang. Kurang jauh? Okay, alam barzah.
  Gue pengen banget cerita tentang yang satu ini tapi gue takut. Tapi kalo gue gak cerita... kayaknya gak berasa lagi curhat. Justru dia lah yang mengingspirasi gue untuk blogging malam ini. Oh ya, sebetulnya bukan malam ini saja. Tapi ada beberapa judul yang menyangkut kisah pertemanan namun terbelit kisah percintaan dengan dia. Bahkan bisa dibilang hampir setengah isi dari blog ini adalah tentang gue dan dia.
   
   Gue gak nahan, sepertinya gue harus cerita.

   Okay, jadi sejak gue jadian sama mantan gue itu, sejujurnya gue gak ngerasa nyaman betul dengan dia tapi gue belajar hari demi hari, sampe akhirnya gue nyadar jika mantan gue itu orangnya gak baik untuk gue (mungkin baik untuk yang lain). Dia selingkuh, coba? Bisa bayangin gimana rasanya ketika lo sudah mulai percaya, eh malah diduain? Alhasil jangan salahkan gue jika gue menghapus seluruh file tentang dia di hp gue (termasuk sosial media gue block). Terdengar childish, tapi ini sangat membantu untuk cepat move on. Tapi gak gue gak mau cerita tentang si mantan itu. Gue malah mau cerita tentang 'si dia yang menginspirasi setengah dari blog gue'. Jadi ketika gue masih jadian sama si mantan itu, hati kecil gue sebetulnya ragu. Gue gak bisa bohongi diri dan perasaan gue sendiri jika gue masih mengharapkan ''si dia yang menginspirasi setengah dari blog gue'. Okay, lebih simplenya gini, anggap saja nama mantan gue itu Pedro dan nama 'si dia yang menginspirasi setengah dari blog gue' itu Alejandro (waduh, serem ye?). Bisa dibilang hubungan gue dengan Pedro itu seperti angin yang cepat berlalu tapi TIDAK untuk hubungan gue dengan Alejandro. Jadi ketika masih jadian sama Pedro, gue ngerasa ada dua hati didalam satu hati. Dan parahnya, gue bingung sendiri siapa yang harus gue pilih. Tapi.. gak tahu kenapa, makin hari gue makin sadar jika ternyata yang ada didalam hati gue sepenuhnya itu si Alejandro. 

    Bingung gak tuh? 
   
   Akhirnya setelah gue putus dengan Pedro, gue mulai menata segalanya kembali. Tapi anehnya gue gak galau sama sekali, malah biasa saja. Gue gak mau sebut kisah percintaan gue dengan Pedro ini sebagai pelampiasan semata. Gue mulai galau tentang si Alejandro. Apa gue harus pergi yang benar-benar pergi dari kehidupannya, atau harus tetap tinggal dengan alasan 'dia masih baik.' Kalo gue pergi, hati gue gak ikhlas. Gak tau kenapa, susah banget move on dari dulu itu karena mungkin udah cinta kali ya? Selain itu alasan 'karena dia masih care. karena dia masih dia yang dulu dan belum berubah. atau mungkin karena gue memang sebenarnya masih berharap banget sama dia.' yang membuat gue susah untuk move on.
   Seperti apa yang terjadi akhir-akhir ini.. gue mendapatkan apa yang gue inginkan dulunya. Bahkan sempet gak percaya jika gue masih diberi kesempatan untuk merasakan hal itu berdua dengan Alejandro. Bukannya gue jadian dengan dia, tapi kembali dekat seperti dulu. Setengah hati gue senang, tapi sisanya gue sedih, karena gue harus pergi ke Aceh dan meninggalkan dia lagi. Gue maunya setiap hari bisa ketemu dia. Terus melihat dia. Terus mendukung segalanya yang dia lakukan. Tapi gue tau, gue punya kehidupan lain di Aceh sana.. Ini lah yang buat gue galau.
   I even still remember about when he looked at me cursory that time when we were talking. I was shy, but I couldn't help myself. I looked back at you, and thought "When will I become your girl? Even your forever and ever and ever girlfriend? Seriously, I'm just tired of being too much worry for this." I just wanna hold him close. I can't do bad things with him. He is such a really good friend. Sometimes I couldn't help myself to stop when I'm watching you talking like that.. I really really really am still in love with you, and that won't change.. I love you, Alejandro. (Oh, how I wish I could say this directly to him).
    Tapi ya.. gue selalu berpikir positif tentang ini semua. Mungkin Tuhan belum memberikan gue izin untuk bisa bersama dengan Alejandro dengan alasan jika suatu saat kita bisa saja berkelahi, broken, and ends with break up. Jadi lebih baik 'stay friend' dari pada terlalu memaksa kan kondisi. Segala apapun yang awalnya penuh dengan paksaan akan berakhir buruk. Gue sendiri sudah mengalaminya. Jadi harapan gue untuk selanjutnya hanya "jangan jauhkan kami lagi, dan Tuhan, please, jangan biarkan dia berubah menjadi seseorang yang gue gak kenal like he was just few months ago."

- Me.

Posting Komentar

0 Komentar