Rasanya Setengah Mati

   

   Gue bingung harus dari mana gue memulai untuk bercerita tentang apa yang terjadi akhir-akhir ini ketika gue di Jakarta. Dari awalnya gue datang ke sini dengan tujuan untuk kasih surprise ke orang tua sampe akhirnya gue yang dikasih surprise duluan dengan terbaliknya bus yang ditumpangi Nyokap gue. Awalnya gak percaya musibah ini bisa datang. Pasalnya, waktu kejadian itu gue sedang having fun dengan teman-teman gue di sebuah street cafe di Banda Aceh. 
   Jadi, sore sebelum kejadian, gue sempat telepon Nyokap untuk minta kirimin uang (maklum, gue anak kos yang masih belum kerja). Sore itu di Banda Aceh sekitar jam 18.10 dan awan masih terang layaknya pukul 17.00 di daerah Jakarta. Selesai telepon Nyokap, gak ada sama sekali firasat buruk apa-apa seperti muntah kelabang atau mungkin tiba-tiba amnesia yang menandakan Nyokap sedang terguling di Bus yang ditumpanginya. Semuanya biasa saja, tidak ada firasat apapun yang gue rasa. Waktu itu gue sedang menghampiri rumah kakak sepupu gue yang lagi ultah dan malamnya dilanjuti duduk-duduk di Mocca Street Cafe. 

   Dan ternyata, ketika gue sampai rumah...

   Salah satu teman gue, Ghina, tidur di kostan gue malam itu. Seperti biasanya, sembari menguap terkantuk-kantuk, gue mengecek hape. Ketika gue cek, ada sekitar delapan belas bbm yang belum terbaca. Gue heran, sejak kapan hape gue mendadak rame begini? Pas gue cek, ternyata benar saja. Salah satu seseorang kerabat menanyakan kabar Nyokap dan berkata, "Coba kakak Farrah cek di website ini beritanya." Dengan hati yang masih belum yakin, gue membuka website yang dilampirkan. Setelah gue baca ini-itu, ternyata benar saja. Bus yang terguling dari Sekolah SMA Al-Huda pukul 18.14 tadi sore dan nama-nama korban tewas sudah dicantumkan. Gue langsung deg-degan abis. Masih merasa kurang yakin, gue telepon hape Nyokap. Masuk sih, cuma yang angkat suara Pria yang mengatakan "Farrah tenang saja, Mama sudah dibawa ke RS. Subang. Saya sedang di priksa di Kepolisian Subang." Gue langsung shock. Dunia serasa berhenti sekejab. Bagaimana tidak, itu Nyokap gue sendiri. Masa iya Nyokap gue yang dulunya gagah, cantik, friendly, tiba-tiba kecelakaan tragis gitu? Gue gak percaya, tapi itu lah mimpi dalam kenyataan gue. 
   Banyak yang mengatakan ini-itu tapi tidak ngefek. Tetap saja, sebenci-bencinya, sesayang-sayangnya hati seorang anak, pasti masih butuh kasih sayang Ibunya. Gue langsung berpikir yang enggak-enggak. Pikiran gue bagaikan kabut yang gak jelas. Gue nangis tengah malam, tidak bisa tidur. Tapi gue yakin, pasti keadaan Nyokap baik-baik saja.
   Dan besokkan harinya, tanggal 18 Juni 2014, gue langsung ke Airport untuk pergi ke Jakarta sendiri. Memang sebelumnya pada hari Sabtu gue sudah me-re-book ulang tiket yang semulanya tanggal 29 Juni 2014 menjadi tanggal 18 Juni 2014. Pertama kalinya gue pulang tanpa ada seorang pun yang tahu di Jakarta kecuali someone. Pertama kalinya gue membawa suitcase yang besar sendiri dengan badan yang semungil ini, pertama kalinya gue menenteng dua tas yang lumayan berat. Tapi alhamdullillah, dengan selamat gue sampai di Jakarta. 
   Ketika gue menginjakkan kaki di rumah sakit, banyak orang-orang yang melihat gue. Maklum, karena gue membawa suitcase yang lumayan besar dan juga terlihat ribet. Gue pergi ke lantai enam untuk melihat langsung kondisi Nyokap gue. Ketika gue keluar dari lift, ada seorang saudara gue sedang berdiri. Dengan wajah heran, Ia langsung mengantar gue ke kamar Nyokap gue. Dengan hati yang deg-degan dan gak tahu harus berkata apa, gue langsung masuk ke kamar Nyokap. 
   Gue membuka pintu, langsung membanting kedua tas dan suitcase yang gue bawa. Semua orang langsung menatap gue dengan tatapan 'sumpe lo' dan gak percaya. Gue langsung lari melihat keadaan Nyokap. Ada satu kata yang membuat hati teriris ketika gue melihatnya, "Kak, maafin mama ya Kak.." Kesannya kayak mau pergi untuk selamanya. Bibir gue gemetar, gak bisa bilang apa-apa saking speechless-nya. Banyak tamu yang datang menangis mengasihani keadaan Nyokap yang justru malah buat gue sedih.
   Karena gak tahan lagi, akhirnya gue keluar ruangan dan menangis. Banyak tamu yang datang dan memotivasi keadaan gue yang gue pikir sudah sangat berantakan itu. Tapi namanya hati lagi terpukul ngeliat keadaan Nyokap yang seperti itu, gue tetap saja nangis sambil mengingat-ingat waktu have fun bareng Nyokap. Ya meskipun terkadang Nyokap nyebelin, tetap saja dia Nyokap gue. Gue masih butuh dia untuk hadir di wisuda gue nanti, masih butuh dia untuk hadir di pesta pernikahan gue nanti, masih butuh dia untuk melihat gue sukses, masih butuh dia untuk having fun.. Gak bisa di pungkiri, sebenci-bencinya hati ketika melihat keadaan Nyokap yang segitu parahnya, langsung gue maafin seluruh kesalahannya (well meskipun kesalahannya gak separah seperti salah gue untuknya).
   Dari kisah Bus terguling tadi menghadirkan banyak sisi positif untuk diri gue juga. Gue jadi lebih ingat dosa dari sebelumnya, karena gue berpikir, ajal datang tidak main-main. Gara-gara kejadian itu pula gue bisa dekat dengan seseorang. Gara-gara kejadian itu juga, gue bisa dekat dengan banyak orang yang dulu-dulunya gue bahkan gak tahu kabarnya. Dan gara-gara itu juga gue sadar, sedewasa-dewasanya gue, gue akan berarti sebagai putri kecil Nyokap gue sendiri. Gue tetap bersyukur, karena Nyokap masih selamat meskipun harus mengalami remuk tulang tangan kanannya. 

- Love your Mum before something bad happens

Posting Komentar

0 Komentar