Crazy Little Thing Called "Stupid"

effy stonem, gifs, idiot, KAYA SCODELARIO, quotes, skins  


   Hari hari kamis. Seperti janji awal Pak Dosen, kami akan mendapat first quiz tentang tenses yang sudah dipelajari sebelumnya. Seperti Present Continuous, Simple Present Tense, Past Tense, Simple Perfect Tense, dan lain-lain. Sejujurnya sih, gue terlalu menyepelekan pelajaran-pelajaran itu. Tapi meskipun terkesan menyepelekan, gue tetep belajar. Setidaknya nilai gue harus lebih baik dari pada yang lain. 
   Merasa sudah siap pada pagi harinya, gue mengenakan baju warna merah, rok warna hitam, lengkap dengan wedges warna merah juga. Dari jam setengah sepuluh gue sudah siap dijalan mengendarai mio putih gue. Dengan perasaan terlalu siap untuk quiz (terlebihnya untuk bertemu si dia), gue pun senyum disepanjang jalan, bahkan hampir terlihat seperti Miss World gak laku. Padahal jam pertama masih pelajaran reading, tuh.
   Akhirnya pada jam pertama tersebut, gue mencoba untuk memaksimalkan diri untuk belajar reading. Gue membaca buku-buku yang dikasih oleh dosen yang bersangkutan dan mencoba untuk memahaminya. Dalam hati selalu berkata, "Cepet lah berlalu. Aku sudah gak sabar mau masuk pelajaran structure." Dan ketika dijalani, pelajaran reading begitu saja berlalu dengan beberapa tugas yang ditinggalkan.
   Masuk lah pelajaran structure pukul 12 siang. Dengan perasaan gelisah (geli-geli basah-basah), gue mencoba duduk dengan tegak dan membuka buku catatan. Tapi karena suasana kelas sangat berisik, gue gak bisa konsentrasi. Akhirnya gue keluar kelas dan duduk di kursi yang ada mejanya. 

   Belum lama gue duduk, ada seorang dosen, sudah lumayan beruban rambutnya. Jalan didepan gue dan tersenyum melihat gue yang duduk sok sibuk diantara gumpelan kertas. "Permisi, Bu..." dan lewat begitu saja.
   Gue, nengok ke depan belakang, kanan-kiri. "Oh... iya Pak, silahkan." Jawab gue dengan senyum ramah. Padahal, dalam hati jengkel. Kok gue masih muda dipanggil ibu-ibu? Gue sewot sendiri.

Tarik nafas, buang...

   Uh, kok lama banget ya si Bapak itu datangnya? Nanti keburu lupa lagi semua rumus-rumus. Tapi sebenarnya, gue menunggu si Bapak itu untuk datang. Setiap kali mencoba fokus, mendengar suara kaki dari sebelah kanan, gue langsung beranggapan, "Itu pasti si Bapak itu." Tapi pas gue nengok, dia adalah mas-mas cleaning service. Kesempatan lainnya pun begitu. Gue mencoba fokus untuk belajar lagi, tapi mendengar suara sepatu dari sebelah kanan lagi, jantung gue berdetak. Tapi apa? Yang lewat adalah orang lain. Merasa bodoh akan hal itu, akhirnya gue menyenderkan badan ke dinding dan memegang kertas itu. "Capek dipermainkan terus." Rintih gue.

   Tiba-tiba...

   "Far!!" Panggil salah satu teman gue, Raihan.
   "Ada apa, Ree?"
   "Kita pindah ke LC! Quiz bukan di ruangan ini,"
   "WADEZZIINNGGGG." Gue ngedumel. "JADI BUKAN DI RUANGAN INI? NGAPAIN JUGA GUE DUDUK-DUDUK KAYAK ORANG STRESS DISINI?" gue. ngedumel. dalam. hati.

   Akhirnya gue langsung bergeregas ambil tas. Mana pake rok. Pake wedges pula. Sumpah, bad mood gue meningkat. Gue jalan buru-buru, sebelah tangan pegang binder, sebelah lagi pegang tas. Dua-dua tangan berusaha untuk mengangkat rok, agar jalan lebih cepat. Yaa meskipun orang-orang melihat gue dengan tatapan "rempong sendiri", gue tetap lanjut jalan.

   "Ree, sebentar ya. Aku mau ganti sepatu dulu. Aku gak mau pake wedges lagi." Kata aku setengah merintih.
   "Okay." Raihan mengangguk.

   Sampai di kelas LC, kami pilih-pilih tempat duduk disana. Karena datang agak telat karena kunci motor yang tertinggal di motor, gue pun duduk pas dibawah AC dan lurus langsung meja si Bapak itu. Setengah berharap supaya bisa fokus, gue pun selalu menunduk dan enggan melihat wajah si Bapak itu. Pertanyaan pun disebar. Gue deg-degan sendiri. Setelah gue lihat, lumayan, sebagian besar gue rasa bisa gue jawab. 
   Gue pun mati-matian mengerjakan quiz yang agak membingungkan itu. 15 menit sudah berlalu, setengah teman-teman gue sudah keluar dari ruangan. Sedangkan gue, masih setengah berharap supaya gue fokus. Akhirnya gue mengerjakan soal-soal itu satu demi satu. Jika salah, hapus lagi. Salah, hapus lagi. Salah, hapus lagi, begitu saja seterusnya. Hingga akhirnya benar-benar detik terakhir dan soal quiz harus dikumpulkan.
   Teman-teman seperjuangan terakhir gue sudah mengumpulkan semua, tinggal gue. Gue masih ragu untuk mengumpulkan, tapi apa boleh buat? Si Bapak itu sepertinya sudah terburu-buru dan menyuruh untuk mengumpulkan. Akhirnya, gue mengumpulkan kertas quiz itu.

   "Sir." Gue mengumpulkan kertas itu dengan suara lesu. "It's all confusing."
   Si Bapak itu tertawa, "No.. no... it's all easy.."

   Tinggalah kami berdua dikelas itu. Gue merapihkan seluruh tas gue, dan bergeregas keluar. Tapi, tiba-tiba saja ada suatu hal yang berbisik, menyuh gue untuk bertanya tentang seluruh beasiswanya waktu di Inggris. Mencoba memberanikan diri, gue pun menarik nafas.

   Gue membalikan arah tubuh gue, "Sir, but I wanted to ask you something." Gue tau, muka gue pasti ancur banget. Jelek. Kumel. Iyuwh, gue pun jijik sebetulnya. Tapi sudah terlanjur.
   "About what?" Tanggapnya sembari merapihkan bangku di kelas itu.
   "Your scholarship in England?" Gue menjawabnya lagi, dengan nada setengan takut. "Do you have a class after this?" 
   "Actually, yes. I have a class. But if you wanna ask me or talk to me, I'll be there on wednesday or thrusday after 10 o'clock." 
   "Ah. Okay." Gue pun membalikan arah, membelakanginya dan membuka pintu. Belum lama lagi gue keluar, gue berbicara lagi dengannya. "So... on the next wednesday or thrusday, Sir.."
   "Exactly."
   "Okay, then.."

   Akhirnya, pada hari itu, pada jam itu juga, gue pikir ini semua berlebihan. Sudah overreacting, ribet, rempong, quiz ntah apa yang akan terjadi, segala sesuatunya buat gue bad mood banget. Ditambah lagi suara teman-teman berkata "CIYEEE" ketika gue berjalan dan si Bapak itu dibelakang. Gimana kalo si Bapak itu tahu? Kan gak enak? I swear, that was my bad bad bad day ever. Gue seperti bukan gue. Gue malah pura-pura jadi orang lain supaya menarik perhatiannya. Sudah lah, its over now. Gue jadi malas bertanya tentang scholarship or whatever sama dia. Gak mood duluan.
   Itu lah cerita gue kali ini. "Crazy Little Thing Called 'Sutid' " membuat gue tersadar jika gue harus menjadi diri gue sendiri, bukan orang lain. Gue pun jadi tersadar betapa pentingnya percaya diri tanpa ada overreacting didepan siapapun.. Semoga yang baik bisa diambil, dan yang jelek dibuang aja ya.. Thank you all...

By: Farrah F



Posting Komentar

0 Komentar