Oh Penjurusan...

Finally I'm back! Tapi kali ini sepertinya gue gak akan membicarakan tentang cinta, atau pun humor. But, I'm gonna dig on 'dream' and 'life'. Mengapa? Karena gue nyadar aja, jika kelas tiga ini, gue makin sibuk dengan segala hal yang berbau dengan test, test, dan test. Gak bisa dipungkiri juga jika hal ini akan membuat gue galau dalam jangka panjang. Dan gak ada kata lain selain, 'gue stress'.

   Cukup gue berbasa-basi. Sebenarnya penggalauan dalam memilih penjurusan gak akan ada jika kita sudah mantap dalam memilih jurusan untuk kuliah nanti. Ini menurut orang yang sudah mempunyai niat dan cita-cita jurusan nanti. Bagaimana bagi yang belum? Bagaimana dengan gue? Gue yang kocar-kacir memikirkan hal ini saja sudah eneg untuk berpikir. Kenapa penjurusan ini sangat membingungkan, Tuhan? 
   Selain itu, masalah yang pantas untuk digalaukan selain penjurusan yaitu masalah Ujian Nasional. Komok Ujian Nasional sendiri sudah menakutkan bagi para pelajar. Bayangkan saja, kita belajar selama tiga tahun dan kelulusan kita akan diperjuangkan dalam kurun waktu enam hari?! Apa gak tega? Bagaimana bagi mereka yang sering bolos sekolah? Bagaimana bagi mereka yang tidak mengerti pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru-gurunya? Jawabannya sih hanya dua, yaitu belajar dan disiplin. Tapi, yang menjadi pertanyaan adalah, sudahkah kita belajar dan berdisiplin? Sejujurnya, gue sendiri belum :) *kalem*
   Dua setengah tahun sudah gue lewati di SMA tercinta ini. Banyak kenangan manis di SMA ini, termasuk kenangan jatuh cinta sama orang sarap. Okey, masalah itu gak perlu dibahas. Yang harus dibahas kali ini adalah, bagaimana untuk mengundang rasa kemauan untuk belajar? Search sendiri saja ya, di Embah Google.
   Sejujurnya, dari lubuk hati paling dalam, gue ini salah penjurusan dari awal kelas XI. Kenapa? Karena waktu itu gue bodoh. Gue belum tahu mengenai penjurusan kuliah yang akan gue ambil nanti. Tujuan gue adalah masuk dalam PTN Universitas Indonesia untuk Hubungan Internasional, dan yang kedua PTN Universitas Syiah Kuala, Aceh dengan jurusan FKIP Inggris. Tapi jurusan SMA gue sendiri IPA. Semestinya gue masuk IPS. Dan sudah terbukti jika diri gue lebih cendrung ke IPS, karena gue lebih suka berdebat masalah politik Indonesia maupun luar negeri dibandingkan berhitung gaya, integral, termokimia dan lain-lain. 

Jadi sudah terbukti, kan?
   
   Contohnya saja ketika hari kamis kemarin (kalo gak salah) ketika wali kelas gue masuk ke kelas dan menjelaskan tentang masalah UN, gue langsung nangis mendadak! Rasanya gue menelan keju sebesar gunung alpen sekaligus! WANCANANYA UN 20 PAKET SOAL PERKELAS! Gimana gue gak bingung sendiri? Gue langsung berpikir, "gimana waktu untuk mengerjakan soal matematika/fisika/kimia nanti jika gue benar-benar tidak mengerti?" Sekali lagi, gue langsung nangis secara tba-tiba. Seluruh anak-anak dikelas itu tertawa dan menganggap gue terlalu 'lebay'. Ini bukan masalah 'lebay'! Ini masalah menyangkut masa depan gue nanti. Dan pada waktu itu juga gue langsung mengingat nyokap gue yang selalu menasihati gue dengan cara ngomong mulai dari pelan, sedang, hingga keras melampaui batas toa. Gue jadi sedih sendiri.
   Tapi.. gak ada yang boleh disesali. Semuanya sudah terjadi dan harus dijalani. Tapi, ketika gue mencoba mengerjakan soal fisika, yang tertuang dalam otak gue adalah, "Oh My God! Kenapa ini susah banget? Gue pengen ngerjain soal geografi!!" Dan mewek sendiri ketika melihat anak IPS mengerjakan geografi. Tiba-tiba gue merasa jika dunia ini gak memihak. Tapi balik lagi pada pemikiran pertama, gak ada yang boleh disesali.
   Gue gak suka belajar hal yang gue sukai. Makanya gue suka keras kepala sendiri. Misalnya lagi belajar kimia, tiba-tiba otak gue langsung berpikir, "Kenapa dulu gue gak ambil IPS aja dan belajar sosiologi?" Lagi-lagi pemikiran itu selalu muncul gue sendiri tidak tahu harus bagaimana lagi. Apa ternyata gue belum ikhlas untuk menerima IPA kedalam hati dan otak gue?
   Gue rasa yang mengalami hal seperti ini bukan hanya gue. Melainkan siswa/siswi lain juga. Pesan gue sih hanya satu, yaitu jalanin aja deh apa yang ada. Kalo pun kita berhenti berharap, gak akan merubah sesuatunya juga, kan? Suka-gak-suka, kita harus menjalankannya (meskipun susah). Tapi bagi kalian yang sudah menyadari bahwa IPA itu lebih asik, silahkan lanjut kan dan kembangkan. Jangan lupa berdo'a untuk segalanya, ya.
   Gue juga gak pandai dalam menasehati masalah penjurusan ini ke orang lain. Gue rasa nasihat gue tadi benar-benar menyinggung perasaan gue sendiri. Okey, pada initinya kan gue hanya ingin memotivasi kalian untuk menghargai apa yang Allah sudah berikan, dan jangan disia-siakan. Tetap jalani saja apa yang ingin kalian jalani. Ingat quotes gue, 'I Love What I Do, and I Do What I Love'   

CHEERS UP EVERYBODY!

Posting Komentar

0 Komentar