Mengertilah Aku

   Sudah lama juga gue gak ngepost masalah kegalauan. About anything. Dulu sih wajar, ngepost masalah kegalauan karena ada seseorang yang digalaukan. Kalo sekarang gue galau ya agak bingung juga sih. Ngegalauin apa dan siapa. Tapi bukan berarti gue ini suka dengan kegalauan, loh. Hari ini gue hanya merasa galau karena seseorang. Bukan karena gue udah kelas 3 dan harus fokus dengan UN ataupun gak punya duit. 

Gue menggalaukan seseorang, disana, yang 'pernah' menjadi seorang primadona di hati gue.

   Sebelumnya maaf jika lo merasa ilfeel atau jijim sama gue, karena kelemesan gue dalam bercerita. Maaf jika gue terlalu frontal untuk membicarakan masalah ini dimuka umum. Oke, bukan dimuka umum. Tapi di blog, so that everybody can read this or whatever. Gue naksir seseorang sejak kelas 3 SMP dulu. Gak perlu disebutkan namanya siapa, tapi panggil aja Louis. Iya, panggil aja Louis (meskipun mukanya beda parah). Gue naksir Louis ini ketika sedang ada acara pensi di sekolah SMP dulu, dan melihatnya mosing-mosing gak jelas. Awalnya gue ilfeel dan.. sedikit jijik, karena Louis sering berkumpul dengan anak-anak yang bisa dibilang jagoan sekolah. Tapi gue gak pernah mandang apapun lebih dari itu. Gue pun mulai mencibirnya. Berkata jika.. "You're a fake Skandy, Man." (Pasti untuk beberapa orang mengetahuinya siapa). Sekali lagi, maaf jika gue terlalu frontal. Gue gak bermaksud apa-apa, kok.

   Tapi 2 minggu setelah acara pensi itu, gue pun mulai.. menyukainya. Awalnya gue menertawakan diri gue sendiri untuk mengakui jika gue menyukainya. Tapi seiring waktu berjalan, gue pun menyadarinya jika gue benar-benar menyukainya! Gue pun gak bisa meredam semuanya. Gue memberitahukan ini ke sahabat-sahabat gue. And some of them support me and wanted me to do such an dangerous things like assuming about this feeling to him. It sounds crazy, I know. Gue gak melakukannya, tapi gue menghindarinya. Ini lah jalan yang salah. Gue takut dengan.. 'Bagaimana jika Ia mengetahuinya?' padahal dalam hati, gue ingin sekali jika Ia mengetahuinya.

   Gue pun mulai memberanikan diri untuk menelponnya. Meskipun itu sangat gak penting - hanya menanyakan tentang dvd milik sahabat gue. Awalnya gue seneng, untuk hanya berbicara dengannya meskipun hanya lewat telpon. After that.. we texted and more! We did talk on the phone oftenly. Tapi, setiap kali kita bertemu, no one from us just say "HI" or whatever. Gue malu, dia juga. Gue memberanikan diri dan akhirnya berujung dengan kesialan. Selidik punya selidik, Louis suka banget baca komik. Komik apapun, apalagi One Piece. Gue pun mulai menceritakan kesialan itu. Gue bilang jika gue punya banyak komik, One Piece apalagi, dan berniat untuk memberinya. Padahal, gue sendiri gak ngerti apa-apa tentang One Piece. Gue pun hanya sok tahu dengan bertanya-tanya dengan teman tentang One Piece itu sendiri. 

Akhirnya, pada bulan puasa tahun 2009 itu, gue membelikannya komik One Piece. Banyak, sampe lupa seri berapa aja. Gue membuat komik itu lecek, hanya untuk terlihat 'sudah lama tersimpan' dan sialnya, hawa baru itu masih berasa. Dan karena gak bisa menahan ini, gue pun menyatakannya, jika gue menyukainya!

   Rasa suka itu malah berubah menjadi rasa suka yang tidak wajar. Gue menyadarinya, jika gue menyukainya karena alasan obsesi, which means, its not good. Gue pun buru-buru bangkit, dan balikan sama mantan hanya untuk terlihat jika gue bisa melupakannya. Tapi ternyata ini salah besar! Gue malah gak bisa melupakannya dan setelah gue sadari, ternyata gue ini orang jahat! Jahat sejahat-jahatnya jahat! Dan pikiran tentang 'Ingin memilikinya karena terobsesi' itu mulai bangkit, dan tak bisa terhapuskan.

   Akhirnya gue memasuki semester 2 di SMA ini. Gue pun secara perlahan bisa melupakannya. Lalu, tanpa sadar, kami waktu itu sering smsan dan entah kenapa, gue ngerasa deket. Deket, dan Louis sudah beda dari jaman dulu. Louis sekarang lebih care, supportive dan lebih open minded. Dan bodohnya lagi, gue menyukainya lagi. Gue gak bisa bilang apa-apa, hanya.. gue heran dengan diri gue. Apa rasa obsesi itu masih ada di hati atau diri gue, ya gue gak tau. Dan gak mau tau juga.

  Dan di semster 1 kelas 2 di SMA ini, setelah sekian lama kami tidak smsan, we're back for texting. I really miss this moment. Gue pun mulai membaik dan hanya menganggapnya seorang teman biasa. But as the time goes by, gue gak bisa menahan jika Ia teman biasa saja. Gue pun mulai gak ngerti lagi. Perasaan ini selalu datang dan pergi begitu saja. 

Dengan rasa gugup dan deg-degan, gue pun menyatakan jika gue menyukainya bahkan menyayanginya untuk yang kedua kalinya.

   Sejak kejadian itu, we hardly didn't text for a few months and I've missed him already. Gue pun sudah punya pacar, dan gue harus mengurusi pacar gue sendiri. Tapi karena rasa ketidakpercayaan dan keegoisan masing-masing, we decided to break up. Sudah sekitar 2 bulan gue menyendiri dan tiba-tiba saja gue mengingatnya. Bagaimana tidak, setiap malam, gue selalu memimpikannya. Melihatnya dengan jelas. Menggenggamnya. Melihat senyumnya. Tapi gue sadar, jika itu hanyalah mimpi. Bung tidur. Hanya kenikmatan sesaat lalu hilang kembali...

   Gue pun gak sanggup untuk kembali mengaku jika gue menyukainya lagi. Untuk Louis disana, gue hanya ingin yang terbaik untuk lo seorang, bukan yang lain. Gue hanya ingin melihat lo tersenyum dan bangga jika cewek 'seaneh' gue bisa menyukai lo lebih dari apapun. Meskipun gue pacaran kemarin.. atau bahkan jatuh cinta dengan somebody new, tapi tetep, di hati gue cuma ada nama lo, Louis. Gue tau, lo gak nyadar dan gak ingin nyadar jika sebenarnya lo tahu, kalo gue masih menyimpan rasa itu. Tapi percayalah, no matter what. No matter I'm sad or happy. Ups and Downs. I'll always stand by your side, and please, just understand me more than you do. Please, let me feel your love even if its just a moments... I have a massive feelings for you, Louis..

I Love You, with ALL of my HEART :)

                                                                                                       Love, Farrah

Posting Komentar

0 Komentar