Pagi!!!
Selama 2 hari terakhir ini, dia gak sms gue. Gue pun begitu. Mungkin kita lagi nyadar diri dengan apa yang telah terjadi between us. Tapi demi apapun itu, kak. Gue sedih banget ketika lo bilang ‘kakak hanya anggap ini sebagai persahabatan akrab aja.’ Lo bahkan tau kan dengan cerita yang pernah gue kasi tau tantang abang gue?
Joey, Della sama Dina berkumpul dimeja gue. Biasa deh, pada ketawa-ketiwi aja. Gak tau apa kalo gue lagi kebobrokan tangga gini? Dapet masalah maksutnya. Dan gue harap hari ini gue gak ketemu sama kak ed. Dimana pun, kapan pun dan bagaimana pun gue gak mau ketemu sama dia.
“Nanti pulang bareng ya sama kakak.” Kata Della yang ngebacain inbox gue. Gue langsung terkejut.
“Siapa Del?” tanya gue.
“Ka Ed.” Semuanya pada: “CIEEEE!!! PULANG BARENG ABANG YA NENG! SUIT SUIT!”
Ini bahkan gak selucu dengan apa yang mereka ledekkin. Gue lebih gundah. Dan tak seceria seperti yang biasanya. Seharusnya gue seneng dengan prestasi gue. Rasa seneng gue lebih dikalahkan dengan sedih gak karuan gara-gara tuh cowok satu.
Ini pelajaran Bu Jumenah. Kita diberi tugas untuk buat cerpen tentang apa saja. Boleh yang mengenaskan dan juga boleh yang mengesankan. Gimana gue bisa berpikir kalo perasaan gue lagi galau begini? Mana gue pulang bareng dia nanti. Gue tau, ini semestinya gak gue lakuin dari dulu. Ini semua terjadi begitu saja. Disaat hati lo kosong dan tiba-tiba dia datang dengan senyumannya yang bisa menyembuhkan rasa luka lo.
Gue termenung didalam kelas. Dimana pada saat temen-temen ketawa, bercanda dan juga bahagia. Sedangkan gue? HEY! Look at me! Im a slutbitchwhore girl who never knew about love and who never will finding my self like finding nemo. It all ends here. We dont need to say again. Once again: IT ALL ENDS HERE just like what harry potter said.
Sekarang udah gak ada yang haru dikatakan lagi selain gue harus kerja dan nulis cerpen. Maksutnya kerja dalam kelas yak, bukan yang lain.
***
Pulang sekolah.
Gue melamun sambil jalan ke gerbang. Si ka ed udah nunggu didepan gerbang. Dengan senyumannya yang dulu bisa menyembuhkan luka gue, dan sekarang enggak. Malah gue yang ngerasa bersalah sama dia.
“kakak mau ngajak sella ketempat yang spesial yang pernah sella cerita sama kakak. Mau kan?”
“Ngapain?”
“Pacaran.” Disaat gue lagi kayak gini, dia masih aja bisa ngelawak.
“Apan si kak?” tanya gue nyolot.
“Udah deh. Tenang aja.”
Hati gue gak karuan banget nih jadinya. Gue gak tau ending cerita cinta gue sama dia harus gimana? Gue gak mau endingnya tragis kayak romeo and juliet. Sambil dijalan, gue sibuk main twitter. Dia ngeliat gue risih, gue tau. Gue ngerasa kak. Bahkan gue masih ada rasa kali sama lo.
15 menit kemudian, gue nyampe ketempat yang di tuju, yaitu taman depan smp gue dulu. Orang-orang banyak menyebutnya dengan TIUP. Yaitu: Taman Indah Untuk Pacaran. Hahahaha kalo disingkat keren, jadi TIUP.
Gue turun. Langsung duduk dibangku yang pernah gue dudukin dulu sama mantan gue. Gue melihat sekitar, atmosfernya masih sama kayak dulu. Masih banyak yang pacaran disini, malah berbuat tindakan prostitusi yang seharusnya tidak dilakukan disini, melainkan di hotel agusta. Hahaha
“Kok kakak tau sih sella pengen banget kesini?”
“kan dulu kamu cerita.”
Hening.
Gue tau, ada suatu hal yang pengen disampein sama dia disini. Udahlah kak, cerita aja. “Kak. Gimana rasanya waktu lagi pidato kemarin?” kata gue dengan gugup.
“Sebenernya gue ngajak lo kesini untuk ngomongin sesuatu.”
“gak resmi kan?”
“gak lah.” Kata dia singkat.
Suasanya hening. “can you plis tell me what’s fucking there in your head?”
“no. You, go!”
“just tell me about it, kak. Plis. I dont wanna hear something smells about love.”
Dia tarik tangan gue ke dalem mobil carry-nya. Ya enggak lah, tapi mobil jazz birunya. “apa-apaan ini? Masa iya kita harus pulang?”
“Maksut gue langit mendung.” Kata dia. gue masuk duluan. Dia belakangan.
“Im not ready for this.”
“why should I do to tell you I love you?”
“forget it, I know you’re lying.”
Dia langsung narik hape gue yang lagi gue pegang. Kita bertatapan and we were kissing when the rain dropped. Gue sangat tidak mengerti tapi...
“Stop!” kata gue. “It’s not fair with Olivia.” Lanjut gue.
“Forget it. She’s my past, and you’re my lady start from now.”
“you’re amazing, kak!”
Tapi gue langsung keluar sambil nangis. Bodo amat deh, kena ujan sekalian. Dan dia coba kejar gue. Gue gak bisa gitu aja dong.
“Sella. Sini lah. Kenapa harus pergi sih? Kenapa harus bingung sama perasaan sendiri ketika sella emang ngerasa hal yang sama kayak kakak?”
“Sella bingung kak. Apa yang sella lakuin udah kelewat batas.” Kata gue sambil ngebelakangi ka ed.
“Don’t be such a baby. You know you’re amazing when I told you pretty. You know you can said it out because of me, when the speech competition. What’re you waiting for? I know, I feel the love since I knew you, Sella.”
“I still can’t open my heart. I know Im wrong. But please, I can’t take this...” kata gue dan nengok kebelakang, ke arah ka ed.
We kissed again. “So you’re agree?” tanya dia.
“Yes, of course.” Jawab gue sambil senyum.
Dan bagaikan bunga bangke yang baru mekar, gue pun mekar juga. Bagaikan air-air yang menetes dari langit, karena air itu sayang sama daun-daunan yang ada dibumi, sampe rela netes kebawah. Dan bagaikan burung tanpa sayap (terbangnya gimana?) jika kita hidup tanpa cinta.
Karena bagaimana pun, kata Bang Aji Roma Irama itu bener, hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga. Tapi yang gue petik dari semua pelajaran disini yaitu gue mencintai orang bagaikan gue lagi makan biskuat. That’s why judul dari kisah hidup gue ini “Cinta Biskuat”.
Biskuat yang mengandung beberapa protein yang dibutuhkan oleh tubuh akan hadir demi menguatkan tubuh kita (bukan promosi). Melainkan seperti gue dan Kak Ed. Kak Ed Biskuatnya dan gue adalah orang yang siap makan biskuat tersebut (kak ed dimakan dong?). Kagak bego. Maksutnya kak ed hadir pada saat gue sedang membtuhkan kasih sayang dari seorang pria dan dia akan siap untuk membangkitkan gue ketika gue lagi jatoh. Just like what Biskuat done for our body.
----Finish----
0 Komentar