Mimpi.


i. miss. him. like. i'm. dying. for. it.

This dream was something beyond my imagination
He was there, lingering her arm around my waist
To me that was amazing, 
Until I realize that was just a dream

   Lagi dan lagi gue ngimpiin si dia. Sebetulnya bosan juga sih, kalo selalu ngimpiin dia. Tapi, setelah selama ini gue gak berpikiran (bahkan sedetik pun) tentang dia, dia masih gentayangan di mimpi gue. Dan disanalah gue mulai ragu untuk move on. Rasa percaya yang gue punya ini memang gak lazim lagi. Rasa percaya yang terlalu berlebihan, but somehow, hanya itu yang gue punya dari segalanya. 
   Antara cinta dan hati gue itu ibaratnya seperti kaca yang sudah retak, bahkan berkeping-keping, dan gak tau gimana caranya untuk membentuknya seperti semua kembali. Disatu sisi, segalanya terlalu indah untuk dibuang begitu saja, tapi disisi lain, gak tau harus bagaimana mulainya  lagi. Segalanya rumit. Untuk membangun yang sudah rumit itu gak mudah. Dan gue hadir di cerita ini untuk kembali membangun segalanya yang sudah runtuh.
   Well, jadi di mimpi gue, yang terjadi hanyalah gue ketemu dia dan segalanya terasa nyata. Ada nyokap, bokap, bahkan kakak-kakaknya. Jika selama ini gue terlihat untuk menutupi perasaan yang ada, malah di mimpi gue si 'dia' terlihat kecewa akan sikap gue itu. "Jangan lah ditutup-tutupi jika memang itu nyata, Kenapa gak jujur aja dari pertama?" Kalimat itu yang sampai sekarang gue ingat. Gue gak ingat apa yang gue jawab. Selain itu, ada Nyokap gue juga, dan dia bilang "Ini loh, Farrah. Dia suka banget sama 'dia' bahkan kadang suka sebut-sebut namanya kalau lagi tidur." Nyokap gue bilang kalimat demikian tepat di depan Nyokapnya. Intinya masih banyak lagi yang terjadi di mimpi gue semalam. Mulai dari Bokap dan Nyokapnya yang terlihat senang dengan gue. Makanya itu, sampai siang ini pun, gue gak bisa melupakan mimpi gue yang satu itu.
   Even though people bilang kalau mimpi itu bunga tidur, but I seem like really believe it. Awal pas pindah ke Aceh lagi gue sempat sedih, karena takut untuk kehilangan dia untuk yang kesekian kalinya. Tapi gue nyadar, jika kami sudah hidup di dunia yang tidak sama lagi. Gue makin sibuk dengan urusan kuliah gue, sedang kan dia pun juga begitu. Jadi kalau ditanya orang bagaimana.. ya begini-begini aja. Gak ada kemajuan, gak ada juga kemunduran. Segalanya sama saja seperti dulu, bahkan lebih parah.
   Karena segalanya yang rumit itu, gue gak bisa apa-apa lagi. Pernah sekali gue ingin jujur, tapi gak jadi. Gak pernah jadi, hanya karena keegoisan hati. Padahal, jika gue sudah jujur dari dulu, mungkin segalanya gak begini. Gue hanya takut jika gue akan kehilangan dia, jika gue jujur. Gue juga takut, jika dia akan pergi dan hilang rasa sama gue, kalau gue jujur. Semuanya serba salah, sampai hati ini pun lelah lari ditempat yang sama.
   Setelah sebelumnya yang sering texting, chilling around, bahkan saling curhat satu sama lain.. Segalanya harus gue telan mentah-mentah dan buang itu semua ke laut. Tapi apa daya, namanya juga manusia, pasti keingat lagi keingat lagi. 
   Ternyata begini ya, perih. Perih, untuk melihat si 'dia' yang bahagia dengan dunia barunya. Sedangkan gue disini hanya bisa ikhlas, pasrah, tapi juga yakin. I'm not a future reader, jadi gue gak tahu kedepannya akan gimana. Tapi gue yakin, jika Tuhan pasti sudah menuliskan cerita yang indah untuk gue nantinya. Tugas gue hanya mendoakan yang terbaik. Toh jika dia akan berakhir dengan yang lain pun gue akan mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari dia. Tapi kalau pun tidak, ya anggap saja jika itu yang terbaik. Intinya dia pernah ada dan menuangkan cerita yang indah dilembaran hidup gue.

- Sekian, farrah.

Posting Komentar

0 Komentar